Dalam beberapa dekade terakhir, dunia anime terus mengalami perkembangan pesat. Kemajuan ini terlihat dari berbagai aspek seperti jalan cerita, kualitas animasi, hingga distribusi global. Salah satu contoh nyata peningkatan kualitas animasi dapat dilihat dari serial Kimetsu no Yaiba, yang sukses menarik perhatian global berkat animasi tingkat tingginya.
Kualitas animasi yang semakin tinggi ini juga didorong oleh semakin banyaknya adegan pertarungan intens di berbagai anime. Adegan-adegan tersebut menuntut visual yang dinamis dan penuh detail, sehingga menjadikan pengalaman menonton jauh lebih imersif. Tak heran jika anime Jepang semakin populer dan dikenal luas di seluruh dunia.
Seiring meningkatnya kualitas dan popularitas anime, semakin banyak pihak dari luar industri anime yang tertarik untuk terlibat, termasuk para sutradara film aksi. Salah satu yang baru-baru ini mengungkapkan minatnya untuk terlibat lebih jauh dalam produksi anime adalah Chad Stahelski, sutradara terkenal dibalik saga John Wick.
Stahelski, yang dikenal melalui karya-karyanya di film live-action penuh aksi, mengaku sangat tertarik dengan dunia anime. Ia bahkan telah memiliki rekam jejak kolaborasi dengan studio Jepang sejak tahun 1995, termasuk keterlibatannya dalam proyek anime seperti Fist of the North Star dan Ninja Kamui. Keterlibatan terbarunya adalah sebagai desainer aksi utama dalam proyek anime Lazarus, yang disutradarai oleh Shinichiro Watanabe, kreator legendaris dari Cowboy Bebop.
Dalam wawancaranya dengan Polygon, Stahelski mengatakan bahwa jika dirinya memiliki kemampuan menggambar, ia mungkin akan sepenuhnya terjun ke dunia anime.
“Saya merasa iri. Jika saya bisa menggambar, bahkan hanya sepertiga atau seperdelapan sebagus Watanabe-san, hal-hal yang bisa keluar dari kepala saya… saya tidak akan pernah keluar dari ruangan ini. Saya akan menggambar sepanjang hari,” ujarnya sambil tertawa.
Bagi Stahelski, daya tarik utama anime adalah kebebasan kreatifnya yang tak terbatas oleh realitas.
“Kamu bisa melakukan begitu banyak hal. Itulah hebatnya anime… kamu ingin seseorang berlari di atas monorel atau drone? Tentu! Anime itu luar biasa,” katanya.
Dalam proyek Lazarus, Stahelski menggunakan tim akrobat untuk merekam adegan live-action, yang kemudian dikirim ke Watanabe dan dianimasikan ulang dengan gaya khas anime lebih dramatis dan hiperbolik.
“Di dunia nyata, saya hanya bisa melempar orang sejauh dua atau tiga kaki. Tapi di anime, kamu bisa melayang sejauh satu mil,” jelasnya.
Meski dikenal secara global karena karya-karya live-action-nya, Stahelski sangat menghormati para animator.
“Saya pergi ke lokasi syuting, orang-orang bilang 'John Wick itu luar biasa'. Tapi saya pergi ke Paris, teman-teman. Saya tinggal mencari lokasi yang pas untuk syuting. Animator harus menggambar semuanya dari nol. Bahkan jika meniru sesuatu yang nyata seperti Menara Eiffel, mereka tetap harus menggambarnya dari sudut dan gaya sesuai cerita,” tambahnya.
Kini setelah menyelesaikan pekerjaannya di Lazarus, Stahelski tengah mempersiapkan proyek film animasi prekuel dari John Wick. Film ini akan mengisahkan malam ketika John Wick melanggar kesepakatannya dengan High Table. Animator Shannon Tindle yang dikenal lewat Kubo and the Two Strings dan Ultraman: Rising akan menyutradarai proyek ini, dengan Stahelski sebagai produser.
Di tengah kesibukannya, Stahelski masih berharap dapat terlibat lebih jauh dalam dunia anime.
“Jika saya bisa memiliki karier sebagai desainer aksi di anime, tentu itu bukan hal buruk. Saya berharap lebih banyak orang meminta saya mengerjakan proyek seperti ini. Saya heran kenapa mereka belum melakukannya. Saya sedih juga. Saya harap lebih banyak orang menelepon saya,” tutupnya.
Ketertarikan Chad Stahelski terhadap dunia anime menjadi bukti bahwa medium ini tidak hanya digemari oleh para penggemar, tapi juga para profesional industri perfilman kelas dunia.Jika lebih banyak kolaborasi seperti ini terjadi, bukan tidak mungkin masa depan anime akan semakin gemilang dan mampu menarik perhatian lebih luas dari komunitas kreatif global.