Magspot Blogger Template

Anime The Beginning After the End Dianggap Gagal, Fans Kritik Pedas Hingga Buat Petisi

Banyaknya anime yang beredar saat ini membuat persaingan untuk mendapatkan kesempatan adaptasi menjadi semakin ketat dan sengit. Karena itu, sebuah manga, light novel, bahkan manhwa yang mendapatkan adaptasi anime tak bisa hanya mengandalkan kekuatan cerita dan karakter. Kualitas animasi dari adaptasi tersebut juga menjadi penentu utama keberhasilan. Sebab, meskipun sebuah cerita menarik, jika disajikan dengan animasi buruk, maka keseluruhan franchise-nya bisa terdampak negatif.

Tak heran jika penggemar dari manga, light novel, maupun manhwa akan sangat kritis terhadap kualitas adaptasi anime, terutama dari sisi animasi. Baru-baru ini, salah satu manhwa populer, The Beginning After The End (TBATE), akhirnya mendapatkan adaptasi anime. Namun sayangnya, adaptasi ini justru memicu reaksi negatif dari banyak penggemar setianya.

Para penggemar TBATE saat ini tengah merasa sangat frustrasi. Bukan hanya karena buruknya kualitas animasi yang disajikan oleh Studio A-Cat (walau itu memang salah satu masalah besar), tetapi juga karena kekhawatiran bahwa adaptasi ini bisa merusak masa depan serial tersebut. Mereka tahu betapa sulitnya sebuah seri mendapatkan kesempatan adaptasi, dan banyak yang telah menunggu bertahun-tahun agar TBATE sebuah kisah luar biasa karya TurtleMe bisa diangkat ke layar kaca.

Namun, kenyataannya, jarang sekali sebuah adaptasi buruk mendapatkan kesempatan kedua. Biasanya, sekali gagal, maka tamatlah riwayatnya.

Yang paling disayangkan, bagi banyak penonton baru, anime ini menjadi kesan pertama mereka terhadap TBATE. Mengingat bahwa serial ini tidak terlalu populer di Jepang, ini mungkin satu-satunya kesempatan TBATE untuk menembus pasar tersebut. Sayangnya, Studio A-Cat justru menyajikan animasi berkualitas rendah, dengan gambar statis, minim aksi, dan hampir tanpa pergerakan lebih mirip presentasi PowerPoint daripada pertunjukan visual epik.

Hasilnya, banyak penonton kasual yang bisa saja mengira bahwa TBATE memang buruk sejak awal. Ini menjadi masalah besar, karena ketika sebuah seri "rusak" akibat adaptasi yang gagal, sangat sulit untuk memperbaikinya bahkan dengan dukungan penggemar yang loyal sekalipun.

Satu-satunya hal yang bisa dilakukan penggemar saat ini adalah mencoba menyelamatkan apa yang tersisa. Dengan semakin populernya seri seperti Solo Leveling dan Omniscient Reader’s Viewpoint, peluang masih terbuka untuk mengarahkan calon penonton ke versi webtoon atau novel asli TBATE. Fandom kini memiliki misi yang jelas: menjauhkan orang dari versi anime dan mengajak mereka untuk membaca karya aslinya. Penting untuk ditegaskan bahwa anime ini tidak mencerminkan kualitas TBATE yang sebenarnya.

Debut anime TBATE pada 2 April lalu langsung menuai kritik tajam. Bahkan, dalam hitungan hari, muncul petisi di Change.org yang meminta agar anime ini dibatalkan dan dibuat ulang oleh studio lain yang lebih kompeten.

Masalah utama yang disorot penggemar adalah kualitas animasinya. Banyak yang merasa anime ini dibuat terburu-buru dan dengan anggaran rendah. Bukannya menyuguhkan animasi yang mengalir, serial ini justru dipenuhi gambar statis dengan pergerakan kamera lambat hingga dijuluki sebagai "presentasi PowerPoint," terutama di adegan-adegan yang seharusnya menampilkan sihir dan aksi spektakuler.

"Animasi ini terasa seperti presentasi PowerPoint primitif," adalah komentar yang paling sering dilontarkan penggemar. Kurangnya gerakan dan tampilan visual yang lemah benar-benar menghancurkan potensi TBATE sebagai petualangan fantasi yang epik. Parahnya, situasi semakin memburuk di episode kedua.

Masalah lain yang membuat penggemar kesal adalah penggunaan narasi yang berlebihan. Alih-alih menunjukkan peristiwa melalui animasi dan dialog, anime ini justru terlalu banyak menjelaskan lewat narasi, suara latar, dan monolog karakter. Hal ini membuat ceritanya terasa lambat dan tidak imersif  kebalikan dari pengalaman membaca webtoon atau novel aslinya.

Kekecewaan penggemar sudah mencapai puncaknya. Petisi pun diluncurkan, menuntut agar adaptasi ini dibatalkan dan digarap ulang oleh studio yang lebih mumpuni. Mereka berharap adaptasi ulang tersebut bisa menghadirkan kualitas yang layak bagi franchise ini, bahkan jika harus dimulai dari nol melalui pendanaan kolektif (crowdfunding).

Bagi banyak penggemar, adaptasi ini bukan hanya mengecewakan, tapi juga merupakan bentuk ketidakhormatan terhadap karya asli dan komunitas penggemarnya. Ini bukan hanya adaptasi yang gagal melainkan ancaman langsung terhadap reputasi dan masa depan TBATE.


Baca Juga
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال